mUKa suRAt

Wednesday, May 19

kala Cinta merangsang Aqidah~~


Author: Abu Aufa


Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap
senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai disudut mata.

Pedih dan sedih silih berganti kunjung mengunjungi.

Pupus segala harap, melukai semua impian
yang kadang memabukkan. Hingga, jiwa yang rapuh
menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.

Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas
sekelebat bayang. Disibaknya kegelapan, namun entah
dimana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan
menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang
menusuk-nusuk, membuat kedukaan semakin berat, hingga
menghujam akal dan aqidah. Air mata semakin deras
tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini
lemah, mata air di telaga yang coba dibendungnya
kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga
membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.

Cinta...
Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya,
namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia
laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara,
menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian cinta
membuat hati dan raga terselimuti bahagia, hingga
memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran
darah. Mengharapkan kekanda tercinta yang siap
mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang
siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah,
mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut
kasih sayang.

Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin
menggerogoti hari, sendiri... dan masih sendiri.
Duhai belahan hati, entah dimana kekanda bersembunyi.

Ukhti sholehah yang dicintai Allah Ta'ala...
Cinta dan impian membentuk sebuah keluarga memang
begitu indah. Namun takkala ia belum menyapa,
janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah
pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan
jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena
sungguh harta itu tak ternilai harganya. Tak ada yang
dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang
menyelubungi halleluyah.

Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan
Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
mu'min) sebelum mereka beriman..." [Al Baqarah: 221].

Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi
Wasallam akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan
kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika,
dan tidak dalam benci tapi dalam cinta [Henry Martyn,
missionaris, 1812 M].

Cinta akan membentuk sebuah keluarga samara (sakinah,
mawaddah wa rahmah) karena kesamaan iman dan aqidah,
dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan
biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta
berselaput halleluyah, karena cinta seperti itu akan
meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang
berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena
ia adalah zina.

Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa
ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu
ruku' dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak
laki-lakimu bertanya, mengapa ayah tidak pergi solat
Jumaat padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang
kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak
mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera dan
Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3 sedangkan
dirimu selalu mengucapkan Ahad... Ahad... Ahad?
Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi
kepada buah hatimu?

Duhai ukhti, sanggupkah engkau menahan murkanya Allah
Subhanahu wa Ta'ala?


Saat jiwamu lelah bertanya dimanakah gerangan kekanda
berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahsia,
lantunkan munajat dan do'a, mohon tetapkan iman untuk
selalu teratur kepada-Nya. Jadikan hati ini selalu
ikhlas serta rela atas setiap keputusan-Nya.

As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi
ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa
syauqon ila liqaa'ika.

Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusan-Mu,
kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang
wajah-Mu serta kerinduan berjumpa dengan-Mu.

Mohonkan juga kepada-Nya, agar Ia menguatkan niat dan
azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera
menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta
pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah
istana kecil nan indah dalam naungan ridho-Nya.

Duhai ukhti sholehah...
Sabar... dan bertahanlah. Kalaulah Allah Subhanahu wa
Ta'ala menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia ini,
yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan
hati, tegar... dan selalu tegar, karena dirimu
memiliki harta yang tak ternilai harganya, yaitu
aqidah.